cah enom
hidup ini indah udaranya segar
Kamis, 06 September 2012
lebaran bareng agustusan
Senin, 09 Agustus 2010
60 tahun untuk direnungkan
Usia umat manusia di zaman sekarang ini berkisar antara 60 s.d 70 tahun. Ambil saja 60 tahun. Mereka yang masih hidup hingga usia lebih dari 60 tahun berarti merupakan anugerah dari yang Maha Kasih. Tak jarang pula anak-anak atau remaja di bawah 60 tahun yang sudah meninggal.
Pakar kesehatan menyatakan bahwa tidur yang cukup itu kurang lebih selama 8 jam per hari. Nah rata-rata orang Indonesia tidur 8 jam per hari. Artinya selama 60 tahun itu berarti waktu yang kita gunakan untuk tidur adalah 20 tahun (8/24 * 60). Berarti sisa umur kita tinggal 40 tahun. Menurut Imam Syafi'i, seseorang dianggap baligh (dewasa) apabila telah menginjak usia 15 tahun. Anggap lah selama 15 tahun itu kita belum berbuat dosa. Berarti umur kita masih sisa 25 tahun.
Kira-kira waktu yang 25 tahun itu bisa kita pergunakan untuk apa? beribadah? beramal soleh? bekal apa yang hendak kita bawa ke akhirat nanti? sudah khusyu' kah solat kita? sudah ikhlas kah semua kebaikan yang kita perbuat? Belum lagi seandainya waktu yang 25 tahun itu masih kita kurangi untuk bekerja setiap harinya. Bukankah tujuan hidup ini hanyalah untuk beribadah kepadaNya?
Waktu 25 tahun itu tidaklah lama. Perasaan baru kemarin jumat eh sekarang sudah jumatan lagi. Baru kemarin ramadhan eh sekarang mau puasa lagi. Dulu anak ini masih ingusan eh sekarang sudah lulus SMA. Memang waktu itu berjalan begitu cepat. Jangan sampai terlena. Marilah kita perbanyak istighfar dan bersolawat.
Pakar kesehatan menyatakan bahwa tidur yang cukup itu kurang lebih selama 8 jam per hari. Nah rata-rata orang Indonesia tidur 8 jam per hari. Artinya selama 60 tahun itu berarti waktu yang kita gunakan untuk tidur adalah 20 tahun (8/24 * 60). Berarti sisa umur kita tinggal 40 tahun. Menurut Imam Syafi'i, seseorang dianggap baligh (dewasa) apabila telah menginjak usia 15 tahun. Anggap lah selama 15 tahun itu kita belum berbuat dosa. Berarti umur kita masih sisa 25 tahun.
Kira-kira waktu yang 25 tahun itu bisa kita pergunakan untuk apa? beribadah? beramal soleh? bekal apa yang hendak kita bawa ke akhirat nanti? sudah khusyu' kah solat kita? sudah ikhlas kah semua kebaikan yang kita perbuat? Belum lagi seandainya waktu yang 25 tahun itu masih kita kurangi untuk bekerja setiap harinya. Bukankah tujuan hidup ini hanyalah untuk beribadah kepadaNya?
Waktu 25 tahun itu tidaklah lama. Perasaan baru kemarin jumat eh sekarang sudah jumatan lagi. Baru kemarin ramadhan eh sekarang mau puasa lagi. Dulu anak ini masih ingusan eh sekarang sudah lulus SMA. Memang waktu itu berjalan begitu cepat. Jangan sampai terlena. Marilah kita perbanyak istighfar dan bersolawat.
punggahan a.k.a ruwahan
Menjelang Ramadhan banyak masyarakat di kampung saya yang mengadakan tradisi punggahan atau ruwahan. Makam-makam mulai ramai dikunjungi peziarah. Haul massal di masjid-masjid kian marak. Apalagi sekarang bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI tambah makin meriah saja.
Punggahan berasal dari kata "munggah" yang artinya naik atau manjat. Sehingga menurut istilah berarti memanjatkan doa. Sedangkan ruwahan berasal dari kata "ruwah" yaitu bentuk jamak dari "ruh" atau "arwah". Ruwah tidak lain adalah nama bulan Sya'ban dalam bahasa Jawa. Dengan demikian punggahan atau ruwahan berarti memanjatkan doa untuk para arwah.
Di penghujung bulan Sya'ban ini masyarakat nampak intens menziarahi makam-makam orang tua, saudara atau kerabat yang telah meninggal. Ada pula yang hanya mendoakan dari rumah dengan bacaan tahlil atau mengkhatamkan Alquran dengan mengundang para tetangga kemudian tuan rumah memberi sedekah kepada mereka. Ini merupakan wujud berbakti kepada orang tua, doa dari anak yang soleh.
Ustadz Abu dalam uraianya berpesan "jadilah orang yang beruntung, pilih ada 3 tipe"
Pertama, jadilah orang kaya karena dengan harta yang kita miliki maka kita bisa banyak beramal dan membantu sesama. Kedua, jadilah orang berilmu karena ilmu yang bermanfaat itu amal yang takkan pernah terputus. Ketiga, mempunyai anak yang soleh/solehah. Nah kalau kaya tidak dan berilmu tidak maka tipe ketiga ini yang biasanya paling digemari, untuk mencapainya tentu harus NIKAH dulu hehe...
Punggahan berasal dari kata "munggah" yang artinya naik atau manjat. Sehingga menurut istilah berarti memanjatkan doa. Sedangkan ruwahan berasal dari kata "ruwah" yaitu bentuk jamak dari "ruh" atau "arwah". Ruwah tidak lain adalah nama bulan Sya'ban dalam bahasa Jawa. Dengan demikian punggahan atau ruwahan berarti memanjatkan doa untuk para arwah.
Di penghujung bulan Sya'ban ini masyarakat nampak intens menziarahi makam-makam orang tua, saudara atau kerabat yang telah meninggal. Ada pula yang hanya mendoakan dari rumah dengan bacaan tahlil atau mengkhatamkan Alquran dengan mengundang para tetangga kemudian tuan rumah memberi sedekah kepada mereka. Ini merupakan wujud berbakti kepada orang tua, doa dari anak yang soleh.
Ustadz Abu dalam uraianya berpesan "jadilah orang yang beruntung, pilih ada 3 tipe"
Pertama, jadilah orang kaya karena dengan harta yang kita miliki maka kita bisa banyak beramal dan membantu sesama. Kedua, jadilah orang berilmu karena ilmu yang bermanfaat itu amal yang takkan pernah terputus. Ketiga, mempunyai anak yang soleh/solehah. Nah kalau kaya tidak dan berilmu tidak maka tipe ketiga ini yang biasanya paling digemari, untuk mencapainya tentu harus NIKAH dulu hehe...
Rabu, 21 Juli 2010
dualisme tahun ajaran baru
Tahun ajaran baru laksana ritual hari besar nasional, masa yang disambut dengan penuh sukacita dan gembira oleh kaum pendidikan. Banyak spanduk di pinggir jalan melintang mempromosikan nama sebuah sekolah. Pamflet-pamflet dan brosur-brosur disebar yang berisi tentang penerimaan siswa baru.
Siapa sih yang tidak merasa senang? Seseorang yang akan menjalani pergaulan di tempat yang baru, dengan teman-teman baru pula. Yang tadinya belum sekolah kini akan masuk TK, yang baru lulus SD pilih-pilih SMP, yang tadinya lulus SMP kini akan memakai abu-abu putih, yang lulus SMA siap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pokoknya semua sibuk mengurusi pendaftaran, mulai dari kepala sekolah, guru, dosen, siswa sampai-sampai sopir angkot, tukang fotokopi, tukang cetak foto, pedagang bahan dan tukang jahit pun kebanjiran order.
Sementara itu bagi golongan di bawah menengah banyak yang terbentur cita-citanya, faktor biaya masih menjadi kendala utamanya. Dalam hati mereka sebenarnya ingin tapi tak mampu. Mereka harus menghadapi keadaan dimana memerlukan proses adaptasi yang cukup lama. Keadaan yang tidak seperti biasanya yakni belajar di sekolah namun kali ini mereka akan menjalani liburan terpanjang di rumah yang belum jelas kegiatan apa yang akan mereka lakukan.
Luapan kebahagiaan tentunya akan menyelimuti satu keluarga manakala seorang calon siswa dinyatakan diterima di sekolah yang mereka minati. Bagi orang-orang kalangan menengah ke atas tentunya sudah siap dengan masalah registrasi. Namun bagi kaum elit (ekonomi sulit) hal ini akan menjadi kerikil sandungan. Nah di sini peran orang tua akan diperas, mereka kerja keras mengusahakan biaya dalam waktu yang relatif singkat agar anak-anaknya dapat membayar daftar ulang, tak jarang pula dari mereka sampai mencari pinjaman kesana kemari, perhiasannya digadaikan dulu atau barang-barang rumah tangga yang dijual.
Saat itu ada seorang ibu (SR) yang berkunjung ke rumah ibuku. Biasalah main namanya juga ibu-ibu aktivis PKK. SR bercerita bahwa setahun yang lalu anaknya (TT) mau masuk sekolah SMA Negeri sedangkan kakak TT yaitu AY kelas 3 SMEA yang sebentar lagi akan menghadapi ujian. Pekerjaan SR adalah pembantu di rumah tetangga sedang suaminya adalah seorang penambang batu dan pasir di sungai. Begitu keras usahanya hingga dibantu pinjam saudara dan tetangganya> Subhanallah mungkin karena berkat doa dan usaha kerasnya, saat itu juga secara kebetulan dia mendapat arisan yang jumlahnya bisa untuk biaya registrasi TT anaknya itu.
Ada lagi cerita kali ini adalah seorang nenek yang merawat kedua cucunya yaitu FJ dan RY. Ibu kedua anak ini menjadi TKW di negri Jiran. Tahun 2010 ini FJ baru lulus Tsanawiyah sedangkan RY baru naik ke kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah. FJ mengurungkan niatnya untuk mendaftar di STM karena tak ada biaya. Suatu ketika itu FJ memergoki adiknya (RY) sedang menggunting buku-buku tulis miliknya. Ia sobek yang sudah ada tulisannya sehingga yang kosong bisa dipakai lagi. Melihat itu semua FJ menangis dan berkeluh "Ya Allah mak e aku iki ningdi sakjane, kok ora kelingan karo anake mbarang". Saat menceritakan ini semua di rumah saya sang nenek sambil meneteskan air matanya.
Tahun ajaran baru penuh dengan suka cita. Bersyukurlah teman-teman yang masih bisa melanjutkan pendidikan karena masih banyak saudara/tetangga kita yang tidak mampu menikmatinya. Sungguh berdosa besar bila kita menyia-nyiakan amanah dari orang tua, tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Karena merekalah yang telah bersusah payah mencari biaya. Hingga kadang-kadang mereka menunda atau bahkan lupa sholat karena terlalu sibuk bekerja demi kita.
Siapa sih yang tidak merasa senang? Seseorang yang akan menjalani pergaulan di tempat yang baru, dengan teman-teman baru pula. Yang tadinya belum sekolah kini akan masuk TK, yang baru lulus SD pilih-pilih SMP, yang tadinya lulus SMP kini akan memakai abu-abu putih, yang lulus SMA siap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pokoknya semua sibuk mengurusi pendaftaran, mulai dari kepala sekolah, guru, dosen, siswa sampai-sampai sopir angkot, tukang fotokopi, tukang cetak foto, pedagang bahan dan tukang jahit pun kebanjiran order.
Sementara itu bagi golongan di bawah menengah banyak yang terbentur cita-citanya, faktor biaya masih menjadi kendala utamanya. Dalam hati mereka sebenarnya ingin tapi tak mampu. Mereka harus menghadapi keadaan dimana memerlukan proses adaptasi yang cukup lama. Keadaan yang tidak seperti biasanya yakni belajar di sekolah namun kali ini mereka akan menjalani liburan terpanjang di rumah yang belum jelas kegiatan apa yang akan mereka lakukan.
Luapan kebahagiaan tentunya akan menyelimuti satu keluarga manakala seorang calon siswa dinyatakan diterima di sekolah yang mereka minati. Bagi orang-orang kalangan menengah ke atas tentunya sudah siap dengan masalah registrasi. Namun bagi kaum elit (ekonomi sulit) hal ini akan menjadi kerikil sandungan. Nah di sini peran orang tua akan diperas, mereka kerja keras mengusahakan biaya dalam waktu yang relatif singkat agar anak-anaknya dapat membayar daftar ulang, tak jarang pula dari mereka sampai mencari pinjaman kesana kemari, perhiasannya digadaikan dulu atau barang-barang rumah tangga yang dijual.
Saat itu ada seorang ibu (SR) yang berkunjung ke rumah ibuku. Biasalah main namanya juga ibu-ibu aktivis PKK. SR bercerita bahwa setahun yang lalu anaknya (TT) mau masuk sekolah SMA Negeri sedangkan kakak TT yaitu AY kelas 3 SMEA yang sebentar lagi akan menghadapi ujian. Pekerjaan SR adalah pembantu di rumah tetangga sedang suaminya adalah seorang penambang batu dan pasir di sungai. Begitu keras usahanya hingga dibantu pinjam saudara dan tetangganya> Subhanallah mungkin karena berkat doa dan usaha kerasnya, saat itu juga secara kebetulan dia mendapat arisan yang jumlahnya bisa untuk biaya registrasi TT anaknya itu.
Ada lagi cerita kali ini adalah seorang nenek yang merawat kedua cucunya yaitu FJ dan RY. Ibu kedua anak ini menjadi TKW di negri Jiran. Tahun 2010 ini FJ baru lulus Tsanawiyah sedangkan RY baru naik ke kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah. FJ mengurungkan niatnya untuk mendaftar di STM karena tak ada biaya. Suatu ketika itu FJ memergoki adiknya (RY) sedang menggunting buku-buku tulis miliknya. Ia sobek yang sudah ada tulisannya sehingga yang kosong bisa dipakai lagi. Melihat itu semua FJ menangis dan berkeluh "Ya Allah mak e aku iki ningdi sakjane, kok ora kelingan karo anake mbarang". Saat menceritakan ini semua di rumah saya sang nenek sambil meneteskan air matanya.
Tahun ajaran baru penuh dengan suka cita. Bersyukurlah teman-teman yang masih bisa melanjutkan pendidikan karena masih banyak saudara/tetangga kita yang tidak mampu menikmatinya. Sungguh berdosa besar bila kita menyia-nyiakan amanah dari orang tua, tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Karena merekalah yang telah bersusah payah mencari biaya. Hingga kadang-kadang mereka menunda atau bahkan lupa sholat karena terlalu sibuk bekerja demi kita.
Sabtu, 26 Juni 2010
piala dunia, juara harus kalah.
Demam piala dunia dimana-mana. Hampir dapat dipastikan seluruh penjuru dunia tertuju pada negara benua hitam Afrika Selatan. Karena memang ini adalah pesta rakyat, olah raga yang begitu populer dan digemari, baik anak-anak, pemuda dan orang dewasa. Setiap malam tak mau ketinggalan nongkrong di depan TV untuk menyaksikan tim/pemain kesayangannya berlaga. Adalah kurang meriah jika nonton pertandingan bola sendirian. Nonton bareng dan terlebih lagi disebelahnya ada cemilan seperti kacang klethik, singkong rebus dan secangkir kopi ehm... mantab, pasti lebih seru dan asyik. Di kampung sebelah (bonsari) teman-teman pada nonton bareng di lapangan futsal baru yang dibangun salah seorang aggota DPRD sekaligus peresmian, ada doorprize-nya juga lho. Saya seringnya ditonton tv kalau acaranya pukul 01.00 dini hari, ketiduran hehe... nanti tau-tau sudah adzan subuh.
Yang menarik dalam laga kali ni adalah keikutsertaan dari negara Korea Utara. Irak yang juara piala Asia malah tidak lolos kualifikasi, begitu juga Arab saudi, Iran dan Cina. Disamping itu ada juga pemain yang tidak berpartisipasi seperti Ronaldinho, Cambiasso, Zanetti, Owen dan Ballack. Padahal sebelumya mereka adalah langganan timnas bagi negaranya. Entah dengan alasan cedera atau kurang diminati pelatih mereka gagal pertamax merumput di negri Nelson Mandela itu. Biasanya pemain dengan nomor punggung 10 adalah pemain yang memegang prestise, disegani oleh rekan satu tim dan paling dibenci lawan. Lain halnya Portugal malah menggunakan nomor 7. Namun sejauh ini di ajang World Cup 2010 pemain-pemain tersebut belum menampakkan gigi taringnya.
Saya sebenarnya menyukai Spanyol, permainannya sungguh cantik, ritmenya yang santai, umpan-umpannya begitu akurat, juara piala eropa tahun lalu gitu, namun yang penting dalam turnamen ini adalah kemenangan bukan kecantikan, striker-nya masih kurang wuih...
Inggris juga bagus, ada Gerrard, Wayne Rooney dan Lampard. Sepertinya mereka harus berjuang ekstra keras untuk menjamu pertemuan dengan Jerman nanti, lini belakang juga diperkuat oleh John Terry yang begitu rapat.
Selain itu Argentina dibawah asuhan Maradona tampil begitu memukau, Messi dengan tendangan kiri yang parabolic, kemampuan dribble-nya yang seakan-akan bola itu begitu lengket di kakinya, umpan-umpannya selalu pas. Meskipun Messi sampai saat ini belum mampu mencetak gol namun sudah memberikan banyak assist.
Brazil saat pertandingan melawan Portugal semalam tampak tidak begitu maksimal dengan skor akhir kacamata, mungkin karena cederanya Kaka. Sementara tendangan Christiano Ronaldo masih banyak membentur tiang gawang saat menghadapi Pantai Gading, padahal kan sudah dilatih bermain bola api saat di Bali :p.
Nah Italy harus pulang gasik. Mungkin sudah menjadi tren kali ya kalau juara tahun sebelumnya harus kalah di awal-awal laga. Sama halnya seperti Prancis yang digulung Senegal tahun 2002.
Afrika Selatan sendiri selaku tuan rumah kini harus menjadi penonton. Sementara Ghana adalah satu-satunya wakil benua hitam yang lolos fase knock-out sistem.
Begitulah piala dunia pasti ada bintang baru yang bermunculan dan bintang lama akan tetap bersinar. Dari Jepang ada Honda dan dari Korea selatan ada Lee Joong So. Dari Argentina ada Higuin pemain yang mencetak hattrick. Dan Marek Hamsik kapten muda dari Slovakia yang mampu membawa timnya lolos dari penyisihan grup.
Yang menarik dalam laga kali ni adalah keikutsertaan dari negara Korea Utara. Irak yang juara piala Asia malah tidak lolos kualifikasi, begitu juga Arab saudi, Iran dan Cina. Disamping itu ada juga pemain yang tidak berpartisipasi seperti Ronaldinho, Cambiasso, Zanetti, Owen dan Ballack. Padahal sebelumya mereka adalah langganan timnas bagi negaranya. Entah dengan alasan cedera atau kurang diminati pelatih mereka gagal pertamax merumput di negri Nelson Mandela itu. Biasanya pemain dengan nomor punggung 10 adalah pemain yang memegang prestise, disegani oleh rekan satu tim dan paling dibenci lawan. Lain halnya Portugal malah menggunakan nomor 7. Namun sejauh ini di ajang World Cup 2010 pemain-pemain tersebut belum menampakkan gigi taringnya.
Saya sebenarnya menyukai Spanyol, permainannya sungguh cantik, ritmenya yang santai, umpan-umpannya begitu akurat, juara piala eropa tahun lalu gitu, namun yang penting dalam turnamen ini adalah kemenangan bukan kecantikan, striker-nya masih kurang wuih...
Inggris juga bagus, ada Gerrard, Wayne Rooney dan Lampard. Sepertinya mereka harus berjuang ekstra keras untuk menjamu pertemuan dengan Jerman nanti, lini belakang juga diperkuat oleh John Terry yang begitu rapat.
Selain itu Argentina dibawah asuhan Maradona tampil begitu memukau, Messi dengan tendangan kiri yang parabolic, kemampuan dribble-nya yang seakan-akan bola itu begitu lengket di kakinya, umpan-umpannya selalu pas. Meskipun Messi sampai saat ini belum mampu mencetak gol namun sudah memberikan banyak assist.
Brazil saat pertandingan melawan Portugal semalam tampak tidak begitu maksimal dengan skor akhir kacamata, mungkin karena cederanya Kaka. Sementara tendangan Christiano Ronaldo masih banyak membentur tiang gawang saat menghadapi Pantai Gading, padahal kan sudah dilatih bermain bola api saat di Bali :p.
Nah Italy harus pulang gasik. Mungkin sudah menjadi tren kali ya kalau juara tahun sebelumnya harus kalah di awal-awal laga. Sama halnya seperti Prancis yang digulung Senegal tahun 2002.
Afrika Selatan sendiri selaku tuan rumah kini harus menjadi penonton. Sementara Ghana adalah satu-satunya wakil benua hitam yang lolos fase knock-out sistem.
Begitulah piala dunia pasti ada bintang baru yang bermunculan dan bintang lama akan tetap bersinar. Dari Jepang ada Honda dan dari Korea selatan ada Lee Joong So. Dari Argentina ada Higuin pemain yang mencetak hattrick. Dan Marek Hamsik kapten muda dari Slovakia yang mampu membawa timnya lolos dari penyisihan grup.
akhirnya nungky kembali
Nungky memang sedikit agresif. Tiap kali ada cowok lewat di depannya pasti disosornya. Gaya berjalannya lenggak-lenggok. Agak bandel juga sih kelakuannya, kalau maen selalu jauh-jauh. Terkadang siang hari ia terlihat sedang berada di tengah sawah, mencari keong barangkali. Sudah berminggu-minggu lamanya ia pergi meninggalkan rumah tanpa pesan. Sebenarnya ia punya saudara, Pungky namanya. Tapi beda nasib kalau si Pungky ini sudah dipinang orang duluan alias sudah laku.
Ya Nungky adalah seekor entog (bebek-jawa) yang merupakan pemberian nenek saya dari Cilacap. Kini ia telah kembali sembari membawa 9 anaknya yang berwujud itik. Entah kapan ia bertelur, kapan dan dimana ia mengeraminya kok tiba-tiba datang dengan membawa anak-anak yang berbeda spesies dengan induknya. Atau jangan-jangan ia menjadi orang tua asuh itik tetangga?. Pinter ya... Sekarang keadaan rumah menjadi ramai akan kehadirannya. Mereka cukup diberi nasi sisa kemarin ditambah bekatul buat makan sehari-hari. Anaknya si Nungky yang pertama kini sudah menjadi pejantan tangguh dan sepertinya lebaran tahun ini siap digesek untuk dijadikan sate mBlengong sepanjang 0,0005 km.
Ya Nungky adalah seekor entog (bebek-jawa) yang merupakan pemberian nenek saya dari Cilacap. Kini ia telah kembali sembari membawa 9 anaknya yang berwujud itik. Entah kapan ia bertelur, kapan dan dimana ia mengeraminya kok tiba-tiba datang dengan membawa anak-anak yang berbeda spesies dengan induknya. Atau jangan-jangan ia menjadi orang tua asuh itik tetangga?. Pinter ya... Sekarang keadaan rumah menjadi ramai akan kehadirannya. Mereka cukup diberi nasi sisa kemarin ditambah bekatul buat makan sehari-hari. Anaknya si Nungky yang pertama kini sudah menjadi pejantan tangguh dan sepertinya lebaran tahun ini siap digesek untuk dijadikan sate mBlengong sepanjang 0,0005 km.
Senin, 07 Juni 2010
pilkades pilkada pil-pilan
Akhir-akhir ini di beberapa daerah sedang marak acara pilkada entah itu pemilihan gubernur, walikota atau bupati. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang nomor satu. Banyak dari mereka yang mencalonkan sendiri dan diusung partai. Janji-janji diumbar, visi dan misi diproklamirkan untuk menarik simpati. Tidak dipungkiri lagi para caleg menghabiskan banyak dana mulai dari kampanye sampai pelaksanaan pemilu agar dipilih oleh rakyat. Terlebih lagi ada yang namanya serangan fajar . Jujur, sebagai rakyat biasa tentu merasa senang apabila mendapat jatah serangan tersebut. Namun apabila dipikir-pikir lagi apakah mereka (caleg) kalau sudah dinobatkan menjadi pemimpin nantinya tidak akan balas dendam? Berusaha mengembalikan modal yang telah dikeluarkannya? Semoga saja tidak demikian.
Sedikit berbeda dengan persoalan diatas, di kampung saya malah sedang akan diadakan pilkadus (pemilihan kepala dusun). Kalau pilkadus ini bukan dipilih rakyat tetapi melalui tes seleksi yang diadakan oleh panitia independent dari desa. Dari informasi yang saya terima sudah ada dua calon yang mendaftar. Nah disini menariknya, mereka dilobi-lobi oleh perangkat agar salah satu calon disarankan mundur sedangkan yang akan melaju dimohon sumbangan sekian rupiah (50mega). Wah berarti pilkadus ini sebenarnya merupakan hak prerogatif pimpinan desa dong. Tanpa mengurangi rasa hormat saya, emang kadus bengkoknya (pendapatan) berapa sih? kok harus menyumbang sebegitunya... lumayan banyak lah kalau menurut saya. Mau jadi pemimpin saja kok harus bayar, kalau kemampuan kerja nyatanya (bukan kkn) oke sih no problem. Ini baru di tingkat dusun lho, saya tidak dapat membayangkan untuk tingkat-tingkat di atasnya.
Apakah memang sudah adatnya demikian? Atau sudah konvensi? Mungkin inilah realita yang terjadi di sekitar kita, yang mau tidak mau bahkan terkadang kita sendiri ikut terseret di dalamnya. Ironis memang, keadaan yang jauh dari nilai-nilai yang kita dapatkan di bangku sekolah. Ketika kita terjun di masyarakat, idealisme itu luntur terkikis oleh sifat kekeluargaan & kegotong-royongan. Kini semua kembali kepada diri pribadi masing-masing dalam menyikapinya. Takkan ada perubahan selama kita bungkam dan masih mengikuti hal yang demikian itu.
Sedikit berbeda dengan persoalan diatas, di kampung saya malah sedang akan diadakan pilkadus (pemilihan kepala dusun). Kalau pilkadus ini bukan dipilih rakyat tetapi melalui tes seleksi yang diadakan oleh panitia independent dari desa. Dari informasi yang saya terima sudah ada dua calon yang mendaftar. Nah disini menariknya, mereka dilobi-lobi oleh perangkat agar salah satu calon disarankan mundur sedangkan yang akan melaju dimohon sumbangan sekian rupiah (50mega). Wah berarti pilkadus ini sebenarnya merupakan hak prerogatif pimpinan desa dong. Tanpa mengurangi rasa hormat saya, emang kadus bengkoknya (pendapatan) berapa sih? kok harus menyumbang sebegitunya... lumayan banyak lah kalau menurut saya. Mau jadi pemimpin saja kok harus bayar, kalau kemampuan kerja nyatanya (bukan kkn) oke sih no problem. Ini baru di tingkat dusun lho, saya tidak dapat membayangkan untuk tingkat-tingkat di atasnya.
Apakah memang sudah adatnya demikian? Atau sudah konvensi? Mungkin inilah realita yang terjadi di sekitar kita, yang mau tidak mau bahkan terkadang kita sendiri ikut terseret di dalamnya. Ironis memang, keadaan yang jauh dari nilai-nilai yang kita dapatkan di bangku sekolah. Ketika kita terjun di masyarakat, idealisme itu luntur terkikis oleh sifat kekeluargaan & kegotong-royongan. Kini semua kembali kepada diri pribadi masing-masing dalam menyikapinya. Takkan ada perubahan selama kita bungkam dan masih mengikuti hal yang demikian itu.
Langganan:
Postingan (Atom)