Senin, 09 Agustus 2010

punggahan a.k.a ruwahan

Menjelang Ramadhan banyak masyarakat di kampung saya yang mengadakan tradisi punggahan atau ruwahan. Makam-makam mulai ramai dikunjungi peziarah. Haul massal di masjid-masjid kian marak. Apalagi sekarang bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI tambah makin meriah saja.

Punggahan berasal dari kata "munggah" yang artinya naik atau manjat. Sehingga menurut istilah berarti memanjatkan doa. Sedangkan ruwahan berasal dari kata "ruwah" yaitu bentuk jamak dari "ruh" atau "arwah". Ruwah tidak lain adalah nama bulan Sya'ban dalam bahasa Jawa. Dengan demikian punggahan atau ruwahan berarti memanjatkan doa untuk para arwah.

Di penghujung bulan Sya'ban ini masyarakat nampak intens menziarahi makam-makam orang tua, saudara atau kerabat yang telah meninggal. Ada pula yang hanya mendoakan dari rumah dengan bacaan tahlil atau mengkhatamkan Alquran dengan mengundang para tetangga kemudian tuan rumah memberi sedekah kepada mereka. Ini merupakan wujud berbakti kepada orang tua, doa dari anak yang soleh.

Ustadz Abu dalam uraianya berpesan "jadilah orang yang beruntung, pilih ada 3 tipe"
Pertama, jadilah orang kaya karena dengan harta yang kita miliki maka kita bisa banyak beramal dan membantu sesama. Kedua, jadilah orang berilmu karena ilmu yang bermanfaat itu amal yang takkan pernah terputus. Ketiga, mempunyai anak yang soleh/solehah. Nah kalau kaya tidak dan berilmu tidak maka tipe ketiga ini yang biasanya paling digemari, untuk mencapainya tentu harus NIKAH dulu hehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar